Rabu, 28 November 2012

ISOLASI SENYAWA TERPENOID


ISOLASI SENYAWA TERPENOID
DARI DAUN TANAMAN NILAM (pogostemon heyneanus, benth)
 Cara kerja
penelilti ini meliputi empat tahap pengerjaan yaitu ekstraksi, fraksinasi, pemurnian dan karakterisasi.
a.       Ektraksi
sampel daun direndam (maserasi ) dengan menggunakan metanol + 3-4 hari. Setelah itu maserat yang diperoleh dikumpulkan, disaring, dan dipekatkan dengan penguap bertekanan rendah hingga diperoleh residu yang kering. Selanjutnya ekstrak yang diperoleh dipartisi dengan menggunakan etil asetat : air = 1 :1 sebanyak 3 kali menghasilkan 2 fase yaitu fase etil asetat dan fase air. Selanjutnya dilakukan uji reaksi liberan buchard terhadap kedua fase. Dari uji kedua fase diketahui fase etil asetat yang lebih memberikan hasil positif atau yang mengandung senyawa terpenid. Kemudian dilakukan evaporasi terhadap fase vetil asetat sehingga diperoleh ekstrak kental.
b.       Fraksinasi.
Pada tahap ini dilajutkan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan beberapa campuran pelarut yang dilakukan terhadap ekstrak etil asetat untuk melihat komposisi dan sistem pelarut yang tepat yang akan digunakan dalam fraksinasi pada kromatografi kolom. Sistem pelarut antara lain : n-heksan : etil asetat = 2 : 1, metanol : air = 5 : 1, kloroform : metanol : air= 7 : 3 : 1. setelah diuji hasil KLT dan diperoleh sistem pelarut- ekstrak yang tepat , selajutnya dilakukan pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak dengan kromatografi kolom. Sampel ekstrak yang mungkin selanjutnya dilarutkan dengan kloroform untuk dihomogenkan dan setelah cukup kering dimasukkan kedalam kolom danm dielusi dengan campuran n-heksan : etil asetat menurut kenaikan gradien poleritas pelarut, mulai dari perbandingan 10 :1 sampai dengan 1 :1. selanjutnya dilakukan kromatohgrafi lapis tipis terhadap masing-masing komponen sehingga dihasilkan beberapa macam fraksi. Fraksi-fraksi yang mempunyai nilai Rf yang sama digabung menjadi satu fraksi.
c.        Pemurnian
Fraksi yang telah dikumpulkan tadi, selajunya diuapkan kemudian dilakuakan rekristalisasi. Padatan komponen tersebut dilarutkan dengan pelarut methanol pada suhu 50o C, kemudian disaring dengan corong buchner selagi panas. Jika larutan berwarna, ditambahkan norit 1-2% dari berat padatan komponen tadi, kemudian disaring kembali dan filtratnya didinginkan dalam air es sampai terbentuk kristal.
d.       Karakterisasi
kristal yang diperoleh uji kemurniannya dengan kromatografi lapis tipis dalam eluen n-heksan : etil asetat (2:1) dilanjutkan dengan pengujian titik leleh dan diidentifikasi dengan uji pereaksi Liberman – Buchard.

3 komentar:

  1. Masalahnya disni pada cara kerja yang c dan d...
    1. Mengapa pada penyaringan dengan menggunaka corong buchner harus dilakukan pada waktu panas tidak didinginkan terlebih dahulu, apakah ada pengaruhnya terhadap pemurnian yang sedang dilakukan dan bagaimana pengaruhnya terhadap pemurnian?
    2. Mengapa pada pemurnian dengan menggunakan kromatografi lapis tipis menggunakan eluen n-heksan dan etil asetat dan bagaimana jika eluen n-heksan dan etil asetat ini diganti dengan senyawa organik yang lain?

    BalasHapus
  2. Pelarut panas digunakan karena senyawa padat akan lebih mudah terlarut atau larut dalam pelarut panas dibandingkan dengan pelarut dingin. Karena semakin tinggi suhu pelarut maka energy atau kereaktifannya dalam menguraikan molekul – molekul padatan untuk dapat larut semakin tinggi (kortz,2003). Adapun pelarut panas yang digunakan adalah methanol, karena methanol bersifat polar juga, selain itu methanol juga bersifat volafil (mudah menguap) sehingga pada akhir proses kristalisasi akan membentuk asam benzoate murni karena methanol akan habis menguap. Syarat utama tebentuknya Kristal dalam suatu larutan adalah larutan induk harus dibuat dalam kondisi lewat jenuh. Kondisi lewat jenuh dalah kondisi dimana pelarut mengandung zat terlarut melebihi kemampuan pelarut tersebut untuk melarutkan zat terlarut pad suhu tetap (Fessenden,2002).

    BalasHapus
  3. a. Karena semakin tinggi suhu pelarut maka energy atau kereaktifannya dalam menguraikan molekul – molekul padatan untuk dapat larut semakin tinggi.
    b. * karena Kromatografi ini mempunyai satu keunggulan dari segi kecepatan dari kromatografi kertas. Proses kromatografi lapisan tipis membutuhkan hanya setengah jam saja, sedangkan pemisahan yang umum pada kertas membutuhkan waktu beberapa jam dan Kromatografi merupakan cara pemisahan komponen dalam sediaan secara penyarian berfraksi , penyerapan , penukar ion pada zat berpori , atau dengan menggunakan cairan atau gas pengalir . pemisahan terjadi karena komponen cuplikan bergerak dengan jarak yang berbeda yang di sebabka oleh perbedaan retensi komponen yang dipisahkan ..
    http://shofiyyahmeju.blogspot.com/2012/07/kromatografi-kolom-dan-kromatografi.html
    * dia menggunakan Etil asetat karena Etil asetat merupakan senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.

    BalasHapus